Restu Orang Tua, Jadi Kunci Sukses Amir Zaman

BULUKUMBA, KUMANIKA.com– Jika ingin merantau, memperoleh kesuksesan yang hakiki, raihlah terlebih dahulu doa dan restu orang tua. Pesan tersebut disampaikan Pendiri Amita Tour, Amir Zaman Mustari saat diwawancarai kumanika.com.
Orang Tua Tanamkan Pentingnya Menuntut Ilmu
Menurut Amir pelajaran berharga yang diberikan oleh orang tuanya yaitu arti menuntut ilmu atau berpendidikan.
“Pesan penting orang tua mengenai pendidikan yaitu tidak ada yang lebih berharga dalam hidup mereka kecuali pendidikan,” tutur Alumni Hubungan Internasional, Universitas Hasanuddin (Unhas).
“Itu dibuktikan orang tua saya, kami sembilan bersaudara semuanya menyelesaikan sarjana di universitas negeri,” sambungnya.
Saat berkuliah strata satu, Amir mengambil dua jurusan di universitas yang berbeda, pertama jurusan Hubungan Internasional Unhas dan bahasa inggris IAIN Alauddin, namun tidak sempat menyelesaikan pendidikan di IAIN Alauddin karena harus segera merantau ke Jakarta.
Nasehat Selalu Menjadi Sosok yang Baik
“Jika kita menjadi sosok yang baik, maka kita akan disukai semua orang, namun jika kita menjadi sosok yang buruk maka semua orang akan menghindar dari kita,” katanya.
Lanjut Amir, Artinya kejujuran adalah hal utama menjadi sosok yang baik. Selalu mengambil pelajaran atas nasehat orang tua dan kerabat juga tak luput dari ingatan pria asal Bulukumba ini.
Rentetan Prestasi Sejak Kecil
Amir pun tak henti-hentinya meraih prestasi. Sejak SD hingga sekolah menengah pertama di pesantren, ia terus menempati rangking pertama. Saat kelas 6 SD, Amir kecil masuk cerdas cermat di TVRI Makassar.
Pendiri Amita Tour ini kerap kali diamanahi menjadi seorang pemimpin. Mulai dari Ketua Remaja Masjid, Ketua KEPMA Ara-Lembanna, Ketua IPMAH Komisariat Bontobahari, Ketua Remaja Masjid Almuraqabah Bontoduri, Ketua Ikatan Alumni Pesantren Immim Jabodetabek, Ketua RT, dan Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Sakinah Warahmah.
“Jiwa kepemimpinan saya terinspirasi dari nama yang diberikan orang tua, “AMIR” kalo bahasa kerennya yaitu the king of the time, the king of the area,” ungkapnya.
Nekat Merantau ke Jakarta
“Saya ingat saat ingin berangkat ke Jakarta naik kapal, saya berdoa hari itu adalah hari terakhir saya dibiayai oleh orang tua saya, dan saya yakin ibu saya juga mendoakan kesuksesan saya,” ingatnya.
Laki-laki kelahiran Desa Ara ini merantau ke Jakarta hanya berbekal doa dan restu orang tua. Menurutnya berkat dua hal itulah, ia tidak pernah mengalami kesusahan di dalam perantauan.
Jatuh Bangun Membangun Bisnis
Amir sempat menjadi karyawan di salah satu travel selama dua tahun.
“Setelah menjadi karyawan selama dua tahun, mempelajari tentang Haji, mengerti Mekkah dengan baik, saya bersama teman-teman membangun travel lain, saat itu belum Amita,” jelasnya.
Hingga pada 2011, Amir mendirikan Amita Tour Haji dan Umroh atas dasar amal jariyah.
“Saya berpikir untuk bekal akhirat, jika travel haji dan umroh, bisa membimbing orang beribadah, harapan itulah semoga bisa menjadi amal jariyah saya,” harapnya.
Saat membangun Amita Tour, Amir tidak ingin berfokus pada keuntungan besar, melainkan hanya fokus membimbing untuk beribadah.
“Jika ada travel bicara Riyal dan Dolar, semoga saya tidak masuk dalam lingkaran itu, saya kesampingkan itu, meskipun tetap dapat, tetapi saya kesampingkan, karena saya anggap lebih mulia membimbing mereka pergi haji dan umroh,” tutupnya.
Reporter: Devi