Kasus Kematian Ibu dan Anak, Direktur RSUD Bulukumba: Agak Sulit Kondisinya, Itu Kejadian Luar Biasa

BULUKUMBA, KUMANIKA.com — Direktur RSUD Andi Sulthan Dg Radja kabupaten Bulukumba, dr Abdur Rajab angkat bicara soal kasus kematian ibu dan anak yang terjadi di RSUD Sulthan Daeng Radja, pada Jumat (7/8/2020).
Saat dikonfirmasi, Abdur Rajab mengaku sudah dilakukan audit internal atas insiden yang terjadi tersebut.
Dia juga menjelaskan kondisi yang terjadi saat pasien ARD (inisial) yang meninggal bersama dengan calon bayinya itu pertama kali masuk dan dirawat di RSUD atas rujukan dari salah satu klinik, kondisinya sudah bermasalah.
“Agak sulit memang kalau kondisinya begitu, karena ibunya kan sudah bermasalah. Sudah kami tindaki, dan itu merupakan Kejadian Luar Biasa,” singkat dr Rajab kepada Kumanika.com, Selasa (11/8/2020).
Sementara, bagian Humas dan Promosi kesehatan RSUD Bulukumba, Gumala Rubiah juga memberikan klarifikasi soal teknis penanganan dan pelayanan tenaga medis RSUD pada kasus kematian ibu dan anak ini.
“Perlu kami klarifikasi pasien ARD (inisial) benar masuk pada tanggal 6 agustus 2020 jam 20. 40 dirujuk dari RS Yasira dengan umur kehamilan 41 – 42 minggu, sudah melewati tafsiran persalinan dengan pengantar untuk di rencanakan induksi persalinan,” kata Gumala kepada Kumanika.com.
Perlu diketahui, lanjut dia, keadaan umum ibu pada saat masuk rumah sakit dalam kondisi inpartu ditandai dengan adanya pembukaan mulut rahim dan kontraksi, tanda tanda vital dalam batas normal. Denyut jantung bayi normal. Dengan kondisi tersebut diambil keputusan untuk observasi diharapkan dapat melahirkan normal.
“Pada pagi hari dilakukan pemeriksaan kembali tidak didapatkan kemajuan persalinan sehingga dilakukan induksi persalinan dan hal ini sudah disetujui oleh pihak keluarga,” sebut Gumala.
Setelah dilakukan induksi pada jam 7.00 pagi, jam 8.35 lanjutnya bercerita, kemudian ketuban pecah spontan dan dilanjutkan di observasi denyut jantung janin dan kontraksinya. Tiba tiba jam 09.30 pasien syok sehingga dilakukan segera tindakan penyelamatan pasien manajemen jalan napas dan bantuan sirkulasi, RJP (resusitasi jantung paru) dan tindakan medis lainnya. Namun jam 10.15 pasien dinyatakan meninggal.
“Berdasarkan kriteria klinis penyebab kematian ibu ARD disebabkan oleh emboli air ketuban. Emboli air ketuban adalah kondisi ketika air ketuban masuk dan bercampur ke dalam sistem peredaran darah menuju ke jantung . Emboli air ketuban adalah salah satu komplikasi persalinan yang jarang terjadi, tetapi sulit untuk dicegah dan dideteksi sejak dini. Kondisi ini biasanya terjadi secara tiba-tiba dan penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Emboli air ketuban merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil. Patofisiologinya belum dimengerti penuh. Biasa terjadi selama masa persalinan, kelahiran, atau postpartum. Kondisi janin pada saat ibu dinyatakan meninggal hanya satu kali denyutan jantung janin permenit,” Jelas Gumala.
Dalam kejadian tersebut, pihak dokter kata Gumala juga telah memberikan penjelasan kepada suami bahwasanya dengan melakukan tindakan operasi saat itupun sangat kecil kemungkinannya janin selamat.
Gawat janin atau kematian janin dalam rahim merupakan salah satu koplikasi dari emboli air ketuban. Tidak benar klau pasien tidak didampingi karena untuk pemantauan denyut jantung janin dan kontraksi dipantau tiap jam. Tafsiran berat janin juga dalam batas normal 3458 gram, itu hasil USG di RS Yasira, dikatakan bayi besar jika berat bayi lebih dari 4000 gram,” tandas Gumala.
Seperti diketahui, kasus kematian ibu dan anak ini nampaknya bakal berbuntut panjang. Ayah dari almarhumah ARD meminta pertanggungjawaban RSUD atas kematian anak dan calon cucunya tersebut.
Pihak keluarga mengaku akan menuntut dengan melaporkan hal tersebut kepada pihak kepolisian untuk diusut atas dasar tak diberi pelayanan medis hingga menyebabkan anak dan calon cucunya meninggal sekaligus.
“Besok (Kamis, 13 Agustus 2020) saya laporkan kepihak kepolisian, itu pasti. Cukuplah anak saya yang terakhir, jangan ada korban-korban berikutnya akibat ketidak becusan dan tidak profesionalnya pihak rumah sakit,” tegas Andi Haris Ishak, Ayah Almarhumah ARD.
REPORTER: Sahi Alkhudri
EDITOR: Arnas Amdas